Namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.
Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu
anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah
perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan
heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer,
Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura.
Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung,
Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama
kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri
komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun
1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer)
ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan
Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman
Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh
Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di
sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band
baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock
atau metal.
Band-band
yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica
& Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of
Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R),
Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary).
Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah
diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal
band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal
lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya
membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi
Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada
tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang
merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.
Semangat
yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi
`sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka
semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama
mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu
finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari
label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo
rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu
stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah
Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio
tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka
punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.
Selain
hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini
sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di
daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu
sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu
Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga
Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting
sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah
dan juga
mantan vokalis Rotor.
mantan vokalis Rotor.
Tak
seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan
lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan
paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal
lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue
alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).
Berkonsernya
dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan
Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan
band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura
sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis
album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.
Dari
sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin
baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk
scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta
sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar
awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.
Pada
era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang
makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black
metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap
namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium
Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla
dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat
sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di
Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam
secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer
Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil,
Puppen dan PAS).terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.
Tahun
1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama
di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24
halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma,
Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system
operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed
kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara
penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula
band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga
empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah
profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet www.bisik.com. Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet www.bisik.com. Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.
29
September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan
rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik
indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground
Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café
legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.
10
Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama-
lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di
sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa
punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan
unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster
Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi
masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering
digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café
Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di
Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar
yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new
wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs,
Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.
Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop
Invasi musik grunge/alternative dan
dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata
cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang
tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari
komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover
lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut
mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994,
Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang
mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa
historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.
Pestol Aer memang bukan band
punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band
punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik
Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting
Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini
juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat
manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994.
Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis
delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif
seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya,
sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.
Selain itu, di awal
1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya
sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda
dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album
debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie
Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.
Sementara
rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi
Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan
memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic,
Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi
punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement
Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical
Death hingga Out Of Control.
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.
0 komentar:
Posting Komentar